Here are our featured Women in STEM
Captain Esther Gayatri

Captain Esther Gayatri adalah seorang pilot uji coba pesawat di PT Dirgantara Indonesia dan satu-satunya perempuan yang menyandang gelar sebagai test pilot di Indonesia.
Tugasnya adalah memastikan pesawat yang telah selesai di desain dan dibuat layak terbang atau memiliki jaminan keselamatan penerbangan.
Dia tertarik dengan dunia penerbangan sejak usia dini. Karenanya, setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Captain Esther mendaftar di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia di Banten. Namun, dia ditolak karena tidak memenuhi kriteria tinggi badan dan jurusan di SMA sebab Captain Esther mengambil jurusan IPS, sementara sekolah penerbangan meminta para siswa dari jurusan IPA. Akhirnya beliau sekolah di sekolah penerbangan Sawyer School of Aviation di Arizona, Amerika Serikat.
Setelah lulus dari Amerika, dia kembali ke tanah air dan ingin mengubah lisensi yang dia peroleh dari Amerika menjadi lisensi Indonesia. Namun, permohonan pengubahan lisensi ini pun ditolak.
Captain Esther pernah direndahkan oleh salah satu pejabat di Kementerian Perhubungan karena statusnya sebagai perempuan yang dianggap tak layak menjadi pilot. Dia berusaha untuk menghubungi Menteri Perhubungan saat itu, Roesmin Noerjadin, agar dia bisa diikutsertakan dalam seleksi tes pilot. Akhirnya, Captain Esther dinyatakan lulus.
Berkat kegigihannya, Captain Esther diangkat oleh B.J. Habibie sebagai co-pilot di PTDI. Dia kemudian menjadi satu-satunya pilot uji coba perempuan di Indonesia.
Berikut adalah hasil interview SWE Jakarta dengan Captain Esther.
1. Apakah anda didukung orang tua atau guru saat ingin mengambil sekolah penerbangan?
Capt. Esther: Tidak sepenuhnya didukung saat memulai, karena awalnya disarankan oleh papi saya utk kuliah ambil hukum international ( maklum keluarga besar dari ayah kuliah di HUKUM). Namun saya tdk sependapat dan karenasaat itu menurut pemahaman saya yg ada penerbangan sbg PILOT ada unsur ADVENTURE.
2. Bagaimana pengalaman Anda di sekolah penerbangan Swayer School of Aviation? Apa tantangan terbesar saat itu dan bagaimana Anda mengatasinya?
Capt. Esther: Pengalaman saat diijinkan ke Amerika, kedua orang tua saya hanya mengantar saya sampai di Singapore saja karena tidak cukup biaya selebihnya perjalanan dijalani sendiri dgn penuh antusias dan excited what would I expect. Saat tiba di Phoenix, Arizona, saya baru kali itu ke Amerika jadi semua harus dipelajari sendiri dan saat itu tidak ada HP/sosmed untuk cari info soal macam-macam, dari cari apartemen sampai dengan info transportasi semua dilakukan berjalan dan naik bus ke tempat info tersebut.
Dengan berjalannya waktu, uang sudah habis karena tidak ada biaya dari orang tua maka saya harus pindah ke rumah keluarga Amerika dan numpang tinggal di situ dengan membayar bekerja sebagai baby-sitter dan membantu kerja membangun pagar tetangga. Tinggal di keluarga ini sampai dengan menyelesaikan sekolah di Sawyer School of Aviation. Di sekolah mengikuti pelajaran dengan serius dan setiap ada uang terus dipakai untuk terbang agar cepat selesai.
3. Apakah anda memiliki role model/mentor?
Capt Esther: Role model saya saat itu beberapa pilot senior salah satunya Capt. Indra Jaya yang saya anggap seperti kakak saya sendiri. He encouraged me to go through all the requirements ,all subjects test and graduated the school on 1983 December.
4. Apa yang membuat Anda terus bersemangat menekuni dunia pengerbangan walau banyak sekali halangan?
Capt Esther: Coming back from states di Indonesia tidak diterima di operator penerbangan , yang terima saya adalah Pak Habibie di PT Nurtanio sebagai Co-Test pilot junior. Saya melalui banyak sekali tantangan ,penolakan dan hambatan dari para senior, tetapi determination and know my call in this field and determined to stay and FACE THE CHALLENGE so now I can say I overcome those challenges with prayer and actions. As years passed, to be qualified Test pilot harus sekolah Di Test Pilot school di luar negeri dengan persyaratan/ requirement yang tinggi akhirnya bisa masuk ke sekolah tersebut tahun 2016 dan graduated in the same year. Tahun 2017 august berhasil menerbangkan pesawat prototype N219 sebagai Test Pilot In-command. This was a great achievement cause prototype test is a rare event.
5. Apa yang harus kita lakukan kepada anak-anak penerus?
Capt Esther: For the next generation we help them to BE TRUE TO THEMSELVES WHAT IS THEIR GOD'S GIVEN TALENT and WHAT ARE THEY GOOD AT and stay with the call and a big determination along the way. Enhance their team work.
Tugasnya adalah memastikan pesawat yang telah selesai di desain dan dibuat layak terbang atau memiliki jaminan keselamatan penerbangan.
Dia tertarik dengan dunia penerbangan sejak usia dini. Karenanya, setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Captain Esther mendaftar di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia di Banten. Namun, dia ditolak karena tidak memenuhi kriteria tinggi badan dan jurusan di SMA sebab Captain Esther mengambil jurusan IPS, sementara sekolah penerbangan meminta para siswa dari jurusan IPA. Akhirnya beliau sekolah di sekolah penerbangan Sawyer School of Aviation di Arizona, Amerika Serikat.
Setelah lulus dari Amerika, dia kembali ke tanah air dan ingin mengubah lisensi yang dia peroleh dari Amerika menjadi lisensi Indonesia. Namun, permohonan pengubahan lisensi ini pun ditolak.
Captain Esther pernah direndahkan oleh salah satu pejabat di Kementerian Perhubungan karena statusnya sebagai perempuan yang dianggap tak layak menjadi pilot. Dia berusaha untuk menghubungi Menteri Perhubungan saat itu, Roesmin Noerjadin, agar dia bisa diikutsertakan dalam seleksi tes pilot. Akhirnya, Captain Esther dinyatakan lulus.
Berkat kegigihannya, Captain Esther diangkat oleh B.J. Habibie sebagai co-pilot di PTDI. Dia kemudian menjadi satu-satunya pilot uji coba perempuan di Indonesia.
Berikut adalah hasil interview SWE Jakarta dengan Captain Esther.
1. Apakah anda didukung orang tua atau guru saat ingin mengambil sekolah penerbangan?
Capt. Esther: Tidak sepenuhnya didukung saat memulai, karena awalnya disarankan oleh papi saya utk kuliah ambil hukum international ( maklum keluarga besar dari ayah kuliah di HUKUM). Namun saya tdk sependapat dan karenasaat itu menurut pemahaman saya yg ada penerbangan sbg PILOT ada unsur ADVENTURE.
2. Bagaimana pengalaman Anda di sekolah penerbangan Swayer School of Aviation? Apa tantangan terbesar saat itu dan bagaimana Anda mengatasinya?
Capt. Esther: Pengalaman saat diijinkan ke Amerika, kedua orang tua saya hanya mengantar saya sampai di Singapore saja karena tidak cukup biaya selebihnya perjalanan dijalani sendiri dgn penuh antusias dan excited what would I expect. Saat tiba di Phoenix, Arizona, saya baru kali itu ke Amerika jadi semua harus dipelajari sendiri dan saat itu tidak ada HP/sosmed untuk cari info soal macam-macam, dari cari apartemen sampai dengan info transportasi semua dilakukan berjalan dan naik bus ke tempat info tersebut.
Dengan berjalannya waktu, uang sudah habis karena tidak ada biaya dari orang tua maka saya harus pindah ke rumah keluarga Amerika dan numpang tinggal di situ dengan membayar bekerja sebagai baby-sitter dan membantu kerja membangun pagar tetangga. Tinggal di keluarga ini sampai dengan menyelesaikan sekolah di Sawyer School of Aviation. Di sekolah mengikuti pelajaran dengan serius dan setiap ada uang terus dipakai untuk terbang agar cepat selesai.
3. Apakah anda memiliki role model/mentor?
Capt Esther: Role model saya saat itu beberapa pilot senior salah satunya Capt. Indra Jaya yang saya anggap seperti kakak saya sendiri. He encouraged me to go through all the requirements ,all subjects test and graduated the school on 1983 December.
4. Apa yang membuat Anda terus bersemangat menekuni dunia pengerbangan walau banyak sekali halangan?
Capt Esther: Coming back from states di Indonesia tidak diterima di operator penerbangan , yang terima saya adalah Pak Habibie di PT Nurtanio sebagai Co-Test pilot junior. Saya melalui banyak sekali tantangan ,penolakan dan hambatan dari para senior, tetapi determination and know my call in this field and determined to stay and FACE THE CHALLENGE so now I can say I overcome those challenges with prayer and actions. As years passed, to be qualified Test pilot harus sekolah Di Test Pilot school di luar negeri dengan persyaratan/ requirement yang tinggi akhirnya bisa masuk ke sekolah tersebut tahun 2016 dan graduated in the same year. Tahun 2017 august berhasil menerbangkan pesawat prototype N219 sebagai Test Pilot In-command. This was a great achievement cause prototype test is a rare event.
5. Apa yang harus kita lakukan kepada anak-anak penerus?
Capt Esther: For the next generation we help them to BE TRUE TO THEMSELVES WHAT IS THEIR GOD'S GIVEN TALENT and WHAT ARE THEY GOOD AT and stay with the call and a big determination along the way. Enhance their team work.
Advertisement
SWE News